Atlit bela diri dan mantan anggota SBS 'Roommate' Song Ga Yeon dikabarkan tengah menjalani terapi kejiwaan sejak bulan Agustus karena stres berkepanjangan usai mendapatkan ancaman kematian di akun SNSnya. Akibat dari komentar kejam ini berefek besar pada Song Ga Yeon sampai-sampai gadis ini berhenti melakukan latihan baru-baru ini.
Tanggal 20 Oktober lalu, seorang narasumber mengabarkan pada The Fact, "Song Ga Yeon sedang menjalani terapi secara rutin di sebuah klinik kejiwaan di Seoul sejak bulan Agustus lalu. Sampai saat ini, belum diketahui sampai kapan ia harus menjalani terapi ini. Ia benar-benar sedang berada dalam masa-masa sulit. Ia menderita secara psikologis di usia yang sangat muda. Ini bukan pertama kalinya ia mendapatkan komentar ancaman namun ada komentar yang benar-benar keterlaluan. Kondisi mentalnya saat ini sedang tidak stabil sehingga ia juga tidak bisa melakukan latihan."
Sepertinya Song Ga Yeon mulai mendapatkan berbagai komentar kejam setelah menang melawan atlit bela diri yang lebih lemah dan juga lebih tua. Ia disebut-sebut sebagai atlit yang mendapatkan pemujaan berlebihan dan menang dalam pertandingan debutnya karena diberikan lawan yang lebih lemah sehingga ia bisa menang dan debutnya terlihat baik. Komentar-komentar kejam seputar pelecehan seksual dan bahasa kasar juga diarahkan pada dirinya dan satu komentar kejam yang berlebihan mengatakan bahwa ia ingin membunuh Song Ga Yeon dengan menggunakan mesin gergaji.
Road FC, agensi atlit bela diri mengatakan bahwa meraka akan mengambil langkah hukum perihal komentar-komentar kejam dari netizen ini. Perwakilan dari E&M, agensi Song Ga Yeon mengatakan, "Ga Yeon benar-benar kaget begitu melihat kata 'gergaji'. Ia mencoba bertahan dengan berbagai komentar kejam hingga saat ini namun komentar pembunuhan ini benar-benar di luar batas. Ia tahu banyak orang yang membicarakan dirinya namun situasi saat ini sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Memang pastinya seorang atlit akan memiliki penggemar dan juga orang yang membenci mereka namun hal ini sudah di luar batas toleransi."